Hukum Perdata Yang Berlaku di Indonesia
Hukum perdata yang berlaku di Indonesia
berdasarkan pasal 163 IS (Indische Staatsregeling) yang artinya aturan
Pemerintah Hindia belanda, adalah berlainan untuk golongan warga Indonesia
yaitu :
- Untuk golongan warga negara Indonesia asli berlaku hukum adat, yaitu hukum yang sejak dulu kala secara turun menurun.
- Untuk golongan warga Indonesia keturunan cina berlaku seluruh BW dengan penambahan mengenai pengangkatan anak dan kongsi (S.1917 No. 129).
- Untuk golongan warga negara Indonesia keturunan Arab, India, Pakistan, dan lain-lain berlaku sebagaimana BW yaitu mengenai hukum harta kekayaan dan hukum waris tanpa wasiat berlaku hukum adatnya sendiri, yaitu hukum adat mereka yang tumbuh di Indonesia.
- Untuk golongan warga negara Indonesia keturunan Eropa (Belanda, Jerman, Perancis), dan Jepang seluruh BW.
Berlaku artinya diterima untuk dilaksanakan
berlakunya hukum perdata untuk dilaksanakan.. adapun dasar berlakunya hukum
perdata adalah ketentuan undang – undang, perjanjian yang dibuat oleh pihak,
dan keputusan hakim. Realisasi keberlakuan adalah pelaksanaan kewajiban hukum
yaitu melaksanakan perintah dan menjauhi larangan yang ditetapkan oleh hukum.
Kewajiban selalu di imbangi dengan hak.
Sejarah Singkat Hukum Perdata yang Berlaku di
Indonesia
Sejarah membuktikan bahwa Hukum Perdata yang
saat ini berlaku di Indonesia, tidak lepas dan Sejarah Hukum Perdata Eropa. Bermula
di benua Eropa, terutama di Eropa Kontinental berlaku Hukum Perdata Romawi, disamping
adanya Hukum tertulis dan Hukum kebiasaan setempat. Diterimanya Hukum Perdata
Romawi pada waktu itu sebagai hukum asli dari negara-negara di Eropa. oleh
karena keadaan hukum di Eropa kacau-balau, dimana tiap-tiap daerah selain
mempunyai peraturan- peraturan sendiri, juga peraturan setiap daerah itu
berbeda-beda.
Oleh karena adanya perbedaan ini jelas bahwa
tidak ada suatu kepastian hukum. Akibat ketidak puasan, sehingga orang mencari
jalan kearah adanya kepastian hukum, kesatuan hukum dan keseragaman hukum.
Pada tahun 1804 atas prakarsa Napoleon
terhimpunlah Hukum Perdata dalam satu
kumpulan peraturan yang bernama ”Code Civil
des Francois" yang juga dapat disebut ”Code Napoleon”, karena Code Civil
des Francais ini merupakan sebagian dari Code Napoleon. Sebagai petunjuk
penyusunan Code Civil ini dipergunakan karangan dari beberapa ahli hukum antara
lain Dumoulin, Domat dan Pothies, disamping itu juga dipergunakan Hukum Bumi
Putra Lama, Hukum Jemonia dan Hukum Cononiek.
Dan mengenai peraturan-peraturan hukum yang
belum ada di Jaman Romawi antara lain masalah wessel, assuransi, badan-badan
hukum. Akhirnya pada jaman Autklarung (Jaman baru sekitar abad pertengahan)
akhirnya dimuat pada kitab Undang-Undang tersendiri dengan nama ”Code de Commerce".
Sejalan dengan adanya penjajahan oleh bangsa
Belanda (1809-181 1), maka Raja Lodewijk Napoleon Menetapkan : ”Wetboek
Napoleon Ingerighr Voor het Koninklijk Holland” yang isinya mirip dengan ”Code
Civil des F rancais atau Code Napoleon” untuk dijadikan sumber Hukum Perdata di
Beranda (Nederland).
Setelah berakhirnya penjajahan dan dinyatakan
Nederland disatukan dengan Prancis pada tahun 1811, Code Civil des Francais
atau Code Napoleon ini tetap berlaku di Belanda (Nederland). Oleh karena
perkembangan zaman, dan setelah beberapa tahun kemerdekaan Belanda (Nederland)
dari Perancis ini, bangsa Belanda mulai memikirkan dan mengerjakan kodefikasi dari
Hukum Perdatanya.
Dan tepatnya 5 Juli 1830 kodefikasi ini
selesai dengan terbentuknya BW (Burgerlijk Wetboek) dan WVK (Wetboek van
koophandle) ini adalah produk Nasional- Nederland namun isi dan bentuknya
sebagian besar sama dengan Code Civil des Francais dan Code de Commerce.
Dan pada tahun 1948, kedua Undang-Undang
produk Nasional-Nederland ini diberlakukan di Indonesia berdasarkan azas
koncordantie (azas Politik Hukum).
Sampai sekarang kita kenal dengan nama KUH Sipil
(KUHP) untuk BW (Burgerlijk Wetboek). Sedangkan KUH Dagang untuk WVK (Wetboek
van koophandle).
Pengertian & Keadaan Hukum Di Indonesia
Sistematika Hukum Perdata Di Indonesia
Hukum perdata adalah hukum yang mengatur
hubungan anatara perorangan didalam masyarakat. Perkataan hukum perdata dalam
artian yang luas meliputi semua hukum privat materiil dan dapat juga dikatakan
sebagai lawan dari hukum pidana.
Kondisi hukum perdata di Indonesia dapat
dikatakan masih bersifat majemuk yaitu masih beraneka. Penyebab dari
keanekaragaman ini ada 2 faktor yaitu :
- Faktor etnis disebabkan keanekaragaman hukum adat bangsa Indonesia, karena negara kita Indonesia ini terdiri dari berbagai suku bangsa.
- Faktor hysteria yuridis yang dapat kita lihat pada pasal 163 I.S yang membagi penduduk Indonesia dala 3 golongan yaitu : golongan eropa, golongan bumi putera dan golongan timur asing
Pedoman politik bagi pemerintahan hindia
belanda terhadap hukum di Indonesia ditulis dalam pasal 131,I.S yang sebelumnya
terdapat pada pasal 75 RR yang pokok-pokoknya sebagai berikut:
- Hukum perdata dan dagang diletakan dalam kitab undang-undang yaitu kodifikasi.
- Untuk golongan bangsa Eropa harus dianut perundangan-undangan yang berlaku dinegeri belanda.
- Untuk golongan bangsa Indonesia Asia dan Timur Asing jika ternyata bahwa kebutuhan kemasyarakatan mereka mengkhendakinya, dapatlah peraturan-peraturan untuk bangsa Eropa dinyatakan berlaku untuk mereka.
- Orang Indonesia asli dan orang Timur asing, sepanjang mereka belum ditudukan dibawah suatu peraturan bersama dengan bangsa Eropa, diperbolehkan menundukan diri pada hukum yang berlaku untuk bangsa Eropa.
- Sebelumnya untuk bangsa Indonesia ditulis didalam undang-undang maka bagi mereka itu akan tetap berlaku hukum yang sekarang berlaku bagi mereka, yaitu Hukum Adat.
Sistematika Hukum Perdata Di Indonesia
Apabila dilihat dari sistematika, hukum
perdata di Indonesia mengenal 2 sistematika :
1.
Sistematika
hukum perdata menurut undang – undang yaitu hubungan perdata sebagaimana
termuat dalam kitab Undang – undang hukum perdata yang terdiri :
Buku I : tentang orang yang mengatur hukum
perseorangan dan hukum keluarga (pasal 1 s/d 498)
Buku II : Tentang benda yang mengatur hukum
benda dan hukum waris (pasal 499 s/d 1232)
Buku III : Tentang perikatan yang mengatur
hukum perikatan dan hukum perjanjian (pasal 1233 s/d 1864)
Buku IV : Tentang pembuktian dan kadaluwarsa
yang mengatur alat – alat bukti dan akibat lewat waktu terhadap hubungan hukum
diatur (pasal 1805 s/d 1993)
2.
Menurut
ilmu pengetahuan hukum, sistematika hukum perdata material terdiri :
- Hukum tentang orang/hukum perorangan/badan pribadi : mengatur tentang manusia sebagai subyek hukum, mengatur tentang perihal kecakapan untuk bertindak sendiri atau hukum perorangan mengatur tentang hal – hal diri seseorang.
- Hukum tentang keluarga /hukum keluarga : mengatur tentang manusia sebagai subyek hukum,mengatur tentang perihal kecakapan untuk bertindak sendiri atau hukum keluarga mengatur tentang hukum yang timbul di perkawinan.
- Hukum tentang harta kekayaan / hukum harta benda : mengatur perihal hubungan – hubungan hukum yang dapat diukur dengan uang. Hak mutlak yang memberi kekuasaan atau suatu benda yaa.
- Hukum Waris(erfrecht) : memuat peraturan-peraturan hukum yang mengatur tentang benda atau harta kekayaan seseorang yang telah meninggal dunia,dengan perkataan lain:hukum yang mengatur peralihan benda dari orang yang meninggal dunia kepada orang yang masih hidup.
Sumber :
Neltje F. Katuuk, 1994, Diktat Kuliah Aspek
Hukum dalam Bisnis, Universitas Gunadarma, Jakarta.
http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/aspek_hukum_perdata_dan_hukum_dagang/1_hukum_perdata.pdf.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar